Kemoterapi
Parasit
Definisi
Kemoterapi adalah
tindakan/terapi pemberian senyawa kimia (obat) untuk mengurangi, menghilangkan
atau menghambat pertumbuhan parasit atau mikroba di tubuh hospes (pasien).
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba,
khususnya mikroba yang merugikan manusia.
Penggolongan antimikroba dan kemoterapi
Kemoterapi dan antimikroba lain dapat
digolongkan sebagai berikut :
Obat
terpilih untuk penyakit parasit
Nama
Obat
|
Kemasan
|
Tablet 500 mg x 5 x 6 biji.
|
|
Kapsul 150 mg x 10's.
|
|
Kapsul 50 mg x 10's.
|
|
Drops 100000 u/mL x 12 mL.
|
|
Suspensi 100.000 iu x 15 ml.
|
|
|
|
Tablet 200 mg x 4 biji.
|
|
Tablet 50 mg x 4 biji.
|
|
Tablet 200 mg x 50 biji.
|
|
Kapsul 150 mg x 5 biji.
|
|
Kapsul 50 mg x 10 biji.
|
|
|
|
Vial 2 mg/mL x 100 mL x 1.
|
|
Kapsul 150 mg x 10 butir.
|
|
Kapsul 50 mg x 10 butir.
|
|
Kapsul 100 mg x 18 biji.
|
|
Tablet 200 mg x 5 x 10 biji.
|
|
|
|
Tablet 500 mg x 28 biji.
|
|
Tablet 200 mg x 3 x 10
|
|
Tablet 500 mg x 10 x 10 biji.
|
|
Kapsul 100 mg x 3 x 4 biji.
|
|
Tablet 150 mg x 4 x 1's.
|
Indikasi kemoterapy parasit
Pemberian
Kemoterapi
Dapat
dengan suntikan (iv,IM, atau subkutan) dapat dengan cara khusus, yaitu:
1.
suntikan
intrathecal lewat pungsi lumbal
2.
suntikan
intrapleura untuk melekatkan pleura viceralis dan pleura parietalis
3.
suntikan
intra arteri seperti intra arteri hepatis
4.
suntikan
intra peritoneal seperti peritoneal dialisis untuk pengobatan cairan asites
yang
maligna
maligna
5.
kemoterapi
sebagai radiosensitizer รจ kemoterapi disuntik segera sebelum atau tepat
bersamaan waktu penyinaran.
bersamaan waktu penyinaran.
- Peroral contohnya Altretamine,
ATRA, Busulfan, 6-Thioguanin, treosulfan, calsiumfolinate,
capecitabine, trofosfamid, chlorambucil, siklofosfamide/iv, dll.Procarbazin, mercaptopurine,
MTx/ iv,im,ith
capecitabine, trofosfamid, chlorambucil, siklofosfamide/iv, dll.Procarbazin, mercaptopurine,
MTx/ iv,im,ith
- Intra thecal: Cytarabine/iv,im,
sc;mtx.
- Intra pleura: Bleomicin.
- Intraarteri: Bleomicin, cisplatin,
dactinomycin, dexorubicin, 5fu, etoposide, melphalan,
mitomysin, nimustine, dll
mitomysin, nimustine, dll
- Intraperitoneal : carboplatin,
cisplatin, 5 fu (u/acites), mitotraxone.
- Intra hepatika : mitoxantone
Efek samping kemoterapy
Efek Samping Kemoterapi
– Bagi penderita kanker salah satu pengobatan yang ditempuh adalah kemoterapi. Hal
ini dimaksudkan agar sel kanker tidak menyebar ke organ tubuh lainnya. Namun,
kemoterapi seringkali menimbulkan efek samping yang menyiksa.
Efek samping kemoterapi yang sering dialami penderita kanker adalah mual – mual, rambut rontok, sariawan, kelelahan hingga produksi darah yang berkurang.
Efek samping kemoterapi yang sering dialami penderita kanker adalah mual – mual, rambut rontok, sariawan, kelelahan hingga produksi darah yang berkurang.
Sehingga
tak jarang akibat dari efek samping kemoterapi pasien kanker harus
melakukan transfusi darah.
Efek samping kemoterapi ini terjadi karena obat dari
kemoterapi tidak hanya membunu sel kanker tetapi juga membunuh sel – sel normal
lainnya. Seperti sel rambut, kulit, pencernaan dan sperma. Walaupun terdengar
menakutkan efek samping kemoterapi ini tidak bersifat permanen. Setelah proses
kemoterapi selesai maka efek samping kemoterapi juga akan hilang dengan
sendirinya.
Efek samping kemoterapi pada pasien kanker biasanya
berbeda. Semua tergantung dari ketahanan tubuh pasien masing -masing.
Dan untuk meminimalisasi efek samping kemoterapi agar tidak
terlalu menyiksa kita bisa mengatasinya dengan beberapa tindakan. Salah satunya
adalah dengan mengubah pola makan. Hindarilah makanan yang berbau, berminyak
dan berbumbu pekat. Makanlah dengan porsi yang sedikit tapi sering. Untuk
mengatasi mual cobalah untuk minum teh beroram mint dan minumlah setiap kali
muntah. Tapi jangn minum kopi. Selama menjalani kemoterapi usahakan tidur yang
cukup dan kurangi olahraga yang berat. Karena efek samping kemoterapi membuat
sel darah dalam tubuh kita berkurang. Mulailah mengomsumsi makanan yang
mengandung zat besi. Dan ditambah dengan minum suplemen. Dan hal paling penting
selama pengobatan kemoterapi adalah tetap berkonsultasi dengan dokter yang
merawat kita. Untuk memantau hasil pengobatan yang telah dijalani
Pengunaan klinik kemotherapy parasit
Kemoterapi
dalam Klinik
Tujuan
kemoterapi ditinjau dari segi klinik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
A.
Bertujuan
menyembuhkan (kuratif) dengan jalan :
1. Pembasmian sel tumor
2. Pembasmian sisa tumor, umumnya
setelah operasi
3. Pembasmian metastasis
4. Mendapatkan efek sinergistik dengan
cara pengobatan lain.
B. Hanya sebagai paliasi, ini dapat
dicapai dengan :
1.
Pembasmian
sebagian sel tumor atau menghambat pertumbuhan tumor
2. Menghilangkan keluhan yang ditimbulkan tumor.
2. Menghilangkan keluhan yang ditimbulkan tumor.
C. Sebagai pencegahan :
1.
Mencegah
timbulnya metastasis 9anak sebar)
2.
Secara
teoritik mencegah timbulnya kanker pada populasi yang mempunyai risiko tinggi
terhadap beberapa jenis kanker tertentu ataupun untuk mencegah timbulnya tumor
lagi.
Penyembuhan
kanker hanya dengan sitostatikum telah dilaporkan pada penderita limfoma
Burkitt dan karsinoma trofoblastik. Sejumlah anak dengan leukimia akut telah
dapat hidup lebih dari 10 tahun tanpa penyakit tersebut. Kemoterapi sebagai
adjuvant telah menambah angka kesembuhan secara dramatis seperti pada tumor Wilms’
dan rhabdomiosarkoma. Kadang-kadang kemoterapi memberikan hasil yang
menggembirakan pada penderita neuroblastoma, yang terkenal ganas, atau beberapa
kanker testis dan kanker ovarium. Demikian pula terhadap beberapa jenis limfoma
malignum, walaupun masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tampaknya
penyembuhan sangat mungkin dicapai, terutama pada stadium dini, apabila
digunakan kemoterapi kombinasi ataupun kemoterapi tambahan (adjuvant) bersama
dengan operasi dan radiasi. Kemampuan potensial kemoterapi sebagai usaha
ppencegahan masih memerlukan penelitian seksama lebih lanjut. Misalnya
pemberian kemoterapi kepada anak yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita
leukemia, seperti sindrom Down, radiasi yang terlalu banyak atau saudara kembar
penderita leukemia atau kelainan bawaan lain.
Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Sitostatikum
Faktor yang dapat mempengaruhi respon tumor terhadap
pengobatan dengan sitostatikum cukup banyak, diantaranya secara singkat dapat
disebutkan disini adalh :
Aktivitas obat anti tumor, kombinasi obat yang digunakan,
kepekaan tumor terhadap obat, resistensi sel tumor terhadap obat, gambaran
histopatologik tumor, kinetika sel tumor, imunitas penderita, keadaan umum
penderita, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya, toksisiats obat,
metabolisme obat dalam tubuh, adanya tempat-tempat dalam tubuh sebagai suaka
sel tumor karena tidak dapat dicapai obat, dosis yang dipergunakan serta
protokol pengobatan.
Tempat Bekerjanya Obat Anti Kanker
Umumnya obat anti kanker yang dipilih adalh yang dapat
membunuh sel yangs edang berproliferasi. Dua hal yang sangat penting dan khas
pada sel dalam siklus proliferasi adalah reaksi biokimia selama fase replikasi
kromosom dan sitokinesis selama mitosis. Oleh karena iti tidak mengherankan bila
obat anti-kanker merusak sel dengan jalan mengganggu sintesis DNA atau
pembelahan sel (mitosis). Dengan demikian sasaran obat tersebut pada garis
besarnya dapat dibagi atas sintesis RNA dari DNA (transkripsi) dan sintesis
protein dari messenger-RNA (translasi).
Obat Alkilasi (Alkylating Agent)
Obat Alkilasi (Alkylating Agent)
Dasar reaksi kimia obat golongan ini adalah alkilasi atom
hidrogen dalam molekul DNA dengan gugus alkil (R-CH2). Karena bagian aktif obat
alkilasi bersifat elektrofilik, maka reaksi berlangsung pada sisi yang memiliki
densitas elektron tinggi. Akibat alkilasi ini pasangan DNA tidak dapat
melakukan replikasi. Obat alkilasi dibagi atas beberapa kategori adalah :
- Nitrogen mustard, contohnya: mekloretamin, klorambusil dan
siklofosfamida
- Metan-sulfonat, contohnya: busulfan (mileran)
- Imino-etilen, contohnya: thio-TEPA, trietilen melamin
(TEM)
- Epoksida, contohnya: bensokinon.
Efek samping obat ini diantaranya adalah mual, muntah,
depresi sumsum tulang, kadang–kadang rambut rontok. Khusus siklofosfamida dapat
menimbulkan sistitis hemoragika dan kemandulan.
Obat AntiMetabolit
Struktur obat golongan ini mirip metabolit normal yang
diperlukan sel, sehingga digunakan sebagai substrat oleh enzim metabolit yang
disamainya. Antimetabolit dapat berikatan erat dengan enzim sehingga mengurangi
atau menghambat aktivitasnya. Dapat pula antimetabolit ini diubah menjadi bahan
yang kemudian bergabung dengan makromolekul membentuk makromolekul yang tidak
berfungsi. Beberapa contoh antimetabolit adalah sebagai berikut :
- Metotreksat, dikenal sebagai anti folat karena mempunyai
struktur mirip asam folat dan bekerja menghambat enzim asam folat reduktase,
sehingga mengganggu perubahan asam folat menjadi tetrahidrofolat, yang
diperlukan sebagai kofaktor sintesis purin dan pirimidin. Dengan demikian
menghambat sintesis DNA dan berakhir dengan kematian sel. Efek samping obat ini
aadalah mual, depresi sumsum tulang, megaloblastosis, stomatitis, hepatitis dan
kadan –kadang diare. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan asam folinik.
- 6 Merkaptopurin, merupakan salah satu analog purin. Di
dalam tubuh diaktifkan menjadi 6-MP ribonukleotida yang mengganggu beberapa
tahapan proses metabolisme purin. Analog purin yang bekerjanya lebih kurang
sama adalah asatioprin dan 6-tioguanin. Efek samping obat ini adalah mual,
muntah, depresi sumsum tulang dan lain–lain.
- Analog pirimidin, obat golongan ini yang paling sering
dipakai adalah 5-fluorourasil dan turunannya yang bekerja menghambat sintesis
timidilat, suatu bahan penting untuk sintesis DNA dan sitosin arabinosida yang
dapat bergabung langsung dengan DNA sehingga menghambat replikasi ataupun
melalui kompetisi dengan substrat yang diperlukan pada polimerase DNA. Efek
samping obat ini adalah mual, muntah, depresi sumsum tulang.
Antibiotika
Obat golongan ini banyak diisolasi dari mikro-organisme yang umumnya hidup di tanah, terutama jenis aktinomisetes. Cara kerjanya adalah dengan membentuk kompleks dengan DNA untuk menghambat produksi RNA. Contohnya adalah aktinomisin-D, mitomisin-C, daunorubisin dan adriamisin, mitramisin, bleomisin. Efek samping obat golongan ini adalah mual, muntah, depresi sumsum tulang, stomatitis, rambut rontok; khusus daunorubisin dan adriamisin dapat menyebabkan kardiomiopati yang irreversible pada dosis kumulatif tertentu. Bila terjadi ekstravasasi, dapat menimbulkan nekrosis setempat.
Obat golongan ini banyak diisolasi dari mikro-organisme yang umumnya hidup di tanah, terutama jenis aktinomisetes. Cara kerjanya adalah dengan membentuk kompleks dengan DNA untuk menghambat produksi RNA. Contohnya adalah aktinomisin-D, mitomisin-C, daunorubisin dan adriamisin, mitramisin, bleomisin. Efek samping obat golongan ini adalah mual, muntah, depresi sumsum tulang, stomatitis, rambut rontok; khusus daunorubisin dan adriamisin dapat menyebabkan kardiomiopati yang irreversible pada dosis kumulatif tertentu. Bila terjadi ekstravasasi, dapat menimbulkan nekrosis setempat.
Alkaloida Vinka
Obat golongan ini menghambat sintesis dan penyusunan bahan
baku RNA ribosom melalui efek terhadap sistem polimerase RNA yang bergantung
kepada DNA dengan mengikat subunit protein mikrotubul yang diantaranya penting
untuk pembentukan benang mitosis (spindle) dan replikasi kromosom sehingga
agaknya obat golongan ini secara aktif membunuh sel dalam fase replikasi DNA
atau mitosis, dengan berhentinya metafase pembelahan sel. Contoh obat ini
adalah vinkristin dan vinblastin. Efek samping samping obat ini adalah : mual,
muntah, stomatitis, rambut rontok, neuropati, depresi sumsum tulang. Bila
terjadi ekstravasi, menyebabkan nekrosis setempat.
Steroid
Hormon ini telah terkenal mempunyai pengaruh fisiologik yang besar bagi manusia. Terhadap sel limfoid, sel leukemia serta sel limfomata, hormon ini menghambat mitosis, menyebabkan piknosis dan limfositoreksis. Sebenarnya mekanisme kerjanya yang pasti masih belum jelas. Data penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemungkinan ada pengaruh sitolitik langsung sebagai refleksi sifat steroid yang dapat terikat pada membran sel dan mengubah permeabilitasnya. Salah satu contoh yang banyak dipakai adalah prednison dan prednisolon untuk induksi remisi leukemia akaut atau limfoma malignum.
Hormon ini telah terkenal mempunyai pengaruh fisiologik yang besar bagi manusia. Terhadap sel limfoid, sel leukemia serta sel limfomata, hormon ini menghambat mitosis, menyebabkan piknosis dan limfositoreksis. Sebenarnya mekanisme kerjanya yang pasti masih belum jelas. Data penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemungkinan ada pengaruh sitolitik langsung sebagai refleksi sifat steroid yang dapat terikat pada membran sel dan mengubah permeabilitasnya. Salah satu contoh yang banyak dipakai adalah prednison dan prednisolon untuk induksi remisi leukemia akaut atau limfoma malignum.
Beberapa Jenis Obat Lain
Hidroksiurea: obat ini menghambat sintesis DNA
dengan jalan menekan aktivitas enzim reduktase ribonukleosida, karena itu
menghambat reduksi ribonukleotida menjadi deoksiribonukleosida, karena itu
menghambat reduksi ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida. Secara umum
dikatakan bahwa obat ini menghambat kuat pergerakan sel dari fase G1 (tidak
sensitif terhadap obat) ke dalam fase S (sensitif terhadap obat) dan hal ini
merupakan faktor penting dalam perencanaan pengobatan kombinasi.
Nitrosourea: bekerja sebagai bahan alkilasi
namun juga akibat reaksi isosianat yang dihasilkan dengan protein sel. Hal yang
penting adalah bahwa obat ini dapat menembus sawar darah otak dalam konsentrasi
yang cukup tinggi.
L-asparaginase: suatu enzim yang diketahui mengkatalisis hidrolisis L-asparagin menjadi asam L-aspartat sehingga kadar L-asparagin dalam darah merendah. Keadaan ini menghambat beberapa jenis sel neoplasma (seperti sel leukemia limfoblastik) yang memerlukan L-asparagin karena tidak dapat mensitesis sendiri. Akibatnya sintesis protein serta DNA dan RNA dihambat.
L-asparaginase: suatu enzim yang diketahui mengkatalisis hidrolisis L-asparagin menjadi asam L-aspartat sehingga kadar L-asparagin dalam darah merendah. Keadaan ini menghambat beberapa jenis sel neoplasma (seperti sel leukemia limfoblastik) yang memerlukan L-asparagin karena tidak dapat mensitesis sendiri. Akibatnya sintesis protein serta DNA dan RNA dihambat.
Prokarbasin: walaupun reaksi biologik obat ini
menyerupai obat alkilasi, namun mekanisme kerja metilhidrasin ini masih belum
jelas. Penelitian memperlihatkan bahwa obat ini dapat merusak kromatid dan
menekan mitosis serta menghambat sintesis DNA, RNA, dan protein. Tampaknya
pecahan obat ini yang merupakan bahan aktifnya. Untuk lebih jelasnya di bawah
ini digambarkan secara skematis mekanisme kerja obat anti-kanker pada tingkat
seluler.
Kemoterapi Kombinasi
Banyak bukti telah banyak dilaporkan bahwa obat-obat
sitostatikum dalam berbagai kombinasi telah menunjukkan efek yang baik dan
menggembirakan pada pengobatan penyakit keganasan pada manusia. Salah satu
contoh yang nyata adalah pengobatan leukemia. Hampir semua anak dengan leukemia
limfoblastik akut dan beberapa jenis leukemia lain berhasil mencapai remisi
dengan pengobatan kombinasi beberapa obat sitostatikum. Demikian pula dengan
beberapa jenis tumor seperti penyakit Hodgkin, tumor Wilms, rabdomiosarkoma dan
lain-lain.
Dasar biologik kemoterapi kombinasi dapat dibagi atas
sekurang-kurangnya lima kategori, adalah :
1.
Menghambat
biosintesis DNA pada beberapa tahapan reaksi enzimatik secara serempak oleh
beberapa obat,
2.
Menghambat
dua jalan reaksi metabolik yang berbeda dan masing -masing diperlukan untuk
pembentukan DNA,
3.
Menghambat
perbaikan sel yang rusak oleh satu obat akibat efek toksik obat lainnya,
4.
Meningkatkan kerentanan sel tumor oleh satu obat agar peka terhadap efek
merusak obat lainnya,
5.
Beberapa obat bersama-sama berkhasiat mematikan populasi sel tumor secara
maksimal.
Namun kenyataannya sulit untuk memilih obat sama yang dapat bekerja sinergik, sebagai penambah satu terhadap lainnya atau justru malahan saling menghambat bila digunakan dalam kombinasi.
Namun kenyataannya sulit untuk memilih obat sama yang dapat bekerja sinergik, sebagai penambah satu terhadap lainnya atau justru malahan saling menghambat bila digunakan dalam kombinasi.
Tujuan
kemoterapi kombinasi adalah meningkatkan efek anti-tumor secara keseluruhan dan
maksimal tanpa menambah efek toksik masing -masing obat. Ini dapat dicapai
dengan memilih obat yang bila dipakai sendiri-sendiri memperlihatkan khasiat
anti-neoplastik nyata, tetapi mempunyai mekanisme kerja biokimiawi pada tingkat
seluler yang berbeda serta menyebabkan toksisitas yang berbeda pula.
Untuk keberhasilan pengobatan secara maksimal, usaha penelitian mengenai kinetika sel tumor serta khasiat maupun cara kerja obat termasuk dosis dan cara pemberiannya, perlu terus ditingkatkan.
Untuk keberhasilan pengobatan secara maksimal, usaha penelitian mengenai kinetika sel tumor serta khasiat maupun cara kerja obat termasuk dosis dan cara pemberiannya, perlu terus ditingkatkan.