Anti Mikroba, Anti kanker , Anti virus


Anti mikroba, Anti kanker, Anti virus

   A.   Anti mikroba
      Devinisi
zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan

    B.   Anti kanker
      Devinisi 
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.

     C. Anti virus
     Devinisi
      Virion mengandung enzim
  • Beberapa yang disalut lemak protein
  • Disalut protein ( = capsid)
  • Setiap virion hanya mengandung dna atau rna saja
·        secara   mandiri secara   mandiri
                jacob ( 100 x lebih kecil) 
• (VISHAM = racun )

Klasifikasi Anti mikroba, anti kanker, anti virus

   A.   Anti mikroba
    Klasifikasi

Klasifikasi dan identifikasi adalah dua hal yang berbeda tetapi saling berhubungan dalam taksonomi. Klasifikasi dapat diidentifikasikan sebagai penyusunan organisme kedalam grup taksonomi(taksa) dengan berdasarkan persamaan atau hubungan. Klasifikasi organisme prokariota seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan juga teknik observasi, sifat biokimia, fisiologi, genetik dan morfologi yang sering penting untuk menggambarkan sebuah takson. Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian.
Klasifikasi dan identifikasi mikroorganisme haruslah diketahui terlebih dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Oleh karena ukurannya yang sangat kecil, tidaklah mungkin bagi kita untuk mempelajari 1 mikroorganisme saja, sehingga yang dipelajari adalah karakkteristik suatu biakan yang merupakan populasi dari suatu mikroorganisme.

      B.  Anti kanker
            Klasifikasi

tulang, amifostine, imunomodulator, antiangiogenesis
mitotane, derivat retinoic acid, faktor pertumbuhan
• Lain-lain: asparaginase, hydroxyurea, mitoxantrone,
• Agen hormonal
• Antibiotik
• Alkaloid tanaman
• Antimetabolit
• Alkilasi polifungsional
        • Kombinasi obat sering digunakan
           resistensi antibakteri
        • Resistensi obat antikanker analog dengan
        • Banyak obat antikanker memiliki “alias
  
       C.  Anti virus
 Klasifikasi Virus

a. Virus Bakterial
Bakterifage (fage) adalah virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat bereproduksi di dalam sel bakteri. Kemudahan relatif dalam penangannya dan kesederhanaan infeksi fage bakteri membuatnya menjadi suatu sistem model bagi penelaahan patogenesitas virus maupun banyak masalah dasar di dalam biologi, termasuk biologi seluler dan molekular serta imunologi
Fage pada hakekatnya terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam selubung protein pelindung. Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup urutan umum sebagai berikut : adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat, replikasi asam nukleat virus, perakitan partikel-partikel fage baru, dan pembebasan partikel-partikel fage ini di dalam suatu ledakan bersamaan dengan terjadinya lisis sel inang, fage-fage virulen telah digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri patogenik.

b. Virus Hewan dan Tumbuhan
Virus hewan dan virus tumbuhan adalah parasit intraseluler obligat yang sangat kecil. Setiap virus mempunyai sebuah inti pusat asam nukleat dikelilingi oleh kapsid. Secara morfologis, virus hewan dan virus tumbuhan dapat ikosashedral, halikal bersampul atau kompleks.
Proses replikasi virus dimulai dengan melekatnya virion pada sel inang. Peristiwa ini disusul dengan penetrasi dan pelepasan selubung, biosintesis komponen-omponen virus dan perakitan serta pematangan virion. Proses ini diakhiri dengan pembebasan virus dari sel inang.
Sistem yang secara paling luas digunakan untuk klasifikasi virus terlihat pada sistem ini, yang diperkenalkan oleh A. Loff dan kawan-kawan dalam tahun 1962, virus dikelompokkan menurut sifat virionnya yaitu semacam asam nukleat, bentuk susunan kapsid, ada tidaknya selubung dan ukuran kapsid. Pembagian lebih lanjut didasarkan atas sifat-sifat lain virion itu, seperti sejumlah untaian asam nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti sejumlah untaian asam nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti kedudukan tempat sintesis virus di dalam sel dan hubungan timbal balik antara inang dan virus, seperti digambarkan oleh kisaran inang. Sistem ini dimaksudkan untuk menggambarkan klasifikasi alami atau filogenik, berarti sistem ini bukannya mencoba menggambarkan hubungan evolisoner atara virus-virus. Hubungan yang sama sekali tidak jelas melainkan sistem ini menggolongkan virus berdasarkan susunan biasa sifat-sifat kimiawi dan strukturnya yang merupakan sifat tetap yang dapat ditentukan dengan cermat.

Sintesis Anti mikroba, anti kanker, anti virus

      A.   Anti mikroba
       Sintesis        
   a. Dosis
    Vankomisin HCLBentuk sediaan : Bubuk 500 mg (iv)Dosis dewasa 2-4 g/hari dalam 2 dosisDosis           Anak
       20-40 mg/kgBB/hariBentuk sediaan : Bubuk 10 g (po)

   b. efek samping
     Pemberian infus : demam,menggigil dan atauflebitis , Syok dapat terjadi karenapemberian infus yang cepat. Muka kemerahan (“red man syndrome) dan syok terjadi --lepasnya histamin yang disebabkaninfus cepat.

      B.   Anti kanker 
             Sintesis

      kritis menilai pentingnya farmakologi kanker dalam konteks memprediksi hasil dalam proses penemuan  obat anti kanker. Obat formulasi dan adminsitration prosedur, farmakokinetik dan farmakodinamik analisis, desain dan studi pra-klinis, percobaan desain klinis dan persyaratan peraturan untuk proses persetujuan dari badan pengawas.
   
       C.  Anti virus
.      Sintesis
      Analisis sintesis
    Duarte et al, 2001 menyatakan bahwa sargassum stenophyllum mengandung  2 jenis fucoidan yang berbeda strukturnya:

1. fucoidan dengan persentasi GlcA yang lebih tinggi dan sulfat yang lebih rendah
2. fucoidan dengan GlcA dan sulfat dalam jumlah besar yang terkonsentrasi pada residu fucoidan dengan fucosa dan galaktosa sebagai komponen  mayor

sargassum jenis lain juga mengandung Fucoidan :
Þ    Fucoidan terbukti mampu menghambat pertumbuhan sel kanker karena mampu mentriger proses apoptosis
Þ    Apoptosis merupakan mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram.
Þ    Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh
Þ    Suatu saat sel kehilangan kemampuan apoptosis (misalnya karena mutasi), atau bila inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat (oleh virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas, yang akhirnya menjadi kanker
Sel yang terserang HPV (Human Papilloma Virus):

a.  sistem genetik sel di bajak
b. Protein p53 sel (berperan pada apoptosis)
c. didegradasi oleh gen E6
d. apoptosis tidak terjadi
e. sel terus membelah
f. terjadi kanker

Fucoidan mampu memicu proses apoptosis pada sel yang terinfeksi HPV :

- karena genetik blueprint sel (DNA) yang diberikan tak berguna, melalui aktivasi    deoxyribonuclease yang ditemukan dalam sel itu sendiri
- sehingga sel yang terinfeksi akan mengalami perubahan
 - Sel terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang menyusun cytoskeleton mengalami pemotongan oleh peptidase yang dikenal sebagai caspase. Caspase diaktivasi oleh mekanisme sel itu sendiri.
-Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.
- Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan membentuk potongan-potongan padat pada membran inti.
- Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada didalamnya terpotong-potong.
- Lapisan dalam dari membran selakan mencuat keluar dan dikenali oleh fagosit, dan kemudian sel mengalami fagositosis, atau
- Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan apoptosis, yang kemudian difagositosis, dan akhirnya sel yang terinfeksi oleh virus menjadi terhambat perkembangannya dan semakin lama virus  HPV dalam tubuh penderita kanker leher rahim akan lenyap sehingga penderita kanker leher rahim dapat sembuh.

Untuk mendapatkan fucoidan :
1.      dilakukan proses ekstraksi
 2. diperoleh alginat yang mengandung fucoidan
Nantinya banyak manfaat yang akan diperoleh dengan memanfaatkan Sargassum sp sebagai alternatif pengobatan kanker leher rahim:
1.      Dapat menurunkan angka kematian wanita di Indonesia akibat kanker leher rahim sehingga mampu merealisasikan visi Indonesia, yakni Menuju Indonesia Sehat.
2. Sebagai  suatu upaya penanggulangan kemiskinan karena merangsang terbentuk usaha pembuatan sediaan alginat dan usaha pembudidayaan Sargassum sp yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga angka pengangguran menurun dan akhirnya kesejahteraan rakyat Indonesia meningkat.

Efek farmakologis Anti mikroba, anti kanker, anti virus

      A.   Anti mikroba
Efek farmakologis

Memastikan adanya infeksi demam
  • Demam adalah kenaikan terkontrol suhu tubuh di atas rentang normal 36-37,80C. demam adalah manifestasi dari banyak kondisi penyakit selain infeksi.
  • Banyak obat yang telah diketahui menyebabkan demam. Demam yang diinduksi obat didefinisikan sebagai demam yang bertahan pada absennya infeksi atau kondisi lainnya yang mendasari. Demam muncul sementara dengan pemberian agen penginduksi dan hilang setelah penghentian, setelah itu tetap normal.
  • Pola demam (seperti, demam tinggi dengan cepat atau demam rendah) dipercaya membantu dalam menentukan etiologi dari peningkatan suhu tubuh. Secara keseluruhan, penentuan pola demam hanya berkontribusi sedikit pada penilaian umum kondisi pasien. 
  • --> C. Anti virus
Efek Farmakologis

Genital herpes hanya dapat ditularkan langsung melalui kontak seksual, termasuk ke-genital-genital, mulut-ke-genital, atau kontak dengan partner yang terinfeksi. Sesekali, kontak oral-genital herpes mulut dapat menyebar ke alat kelamin (dan sebaliknya). Individu dengan herpes aktif atau luka di sekitar mulut mereka atau di alat kelamin mereka hanya terlibat dalam seks, melalui vagina atau anus.
Wanita hamil terkeserang herpes bayi mempunyai risiko tinggi tertular. Virus dapat ditularkan kepada janin melalui placenta selama kehamilan atau selama persalinan vaginal. Pada infeksi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, ketuban penurunan pertumbuhan. Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina dengan seorang ibu yang terinfeksi virus herpes. Bayi yang dilahirkan perempuan mengalami serangan pada saat lahir, satu sampai empat persen menjadi terinfeksi dengan herpes-simplex virus.
Setelah infeksi, virus herpes membentuk suatu masa yang disebut latency, saat virus yang ada dalam tubuh dari sel saraf dapat muncul (misalnya alat kelamin, mulut, dan bibir) virus menjadi aktif lagi. Meskipun aktif, virus mulai kali (disebut peluruhan) dan menjadi transmittable lagi. Peluruhan ini mungkin tidak disertai oleh gejala. Selama reaktivasi, virus berpindah dari dalam sel saraf dan diangkut melalui saraf ke kulit. Kemampuan virus herpes menjadi laten dan reaktif menjelaskan jangka panjang, sifat herpes infeksi yang berulang.
Infeksi ulang mungkin dipicu oleh haid, penyakit yang menyebabkan fevers, stres, sistem kekebalan imbalances, dan penyebab lainnya yang tidak diketahui. Namun, tidak semua pasien mengalami kejadian kedua.
Gejala: Genital herpes biasanya menyebabkan sakit, benjolan pada kulit, mucous membranes (misalnya mulut atau bibir), atau alat kelamin. Lokasi ini tergantung pada tempat kontak dilakukan pada saat transmisi. Menyembuhkan luka-crust dengan pembentukan berkeropeng, yang menunjukan dari herpes. Banyak orang dengan penyakit berulang sakit di daerah infeksi bahkan sebelum blisters atau ulcers dapat dilihat. Sakit ini disebabkan oleh iritasi dan peradangan pada saraf yang mengarah ke daerah kulit yang terkena. Ini adalah tanda bahwa penyakit untuk memulai. Seseorang pada saat ini sangat menular, meskipun kulit masih tampak normal.
Diagnosis: Spesimen diambil dari melepuh, cairan di papil, atau kadang-kadang cairan tulang belakang. Sampel yang akan dikirim ke laboratorium dianalisis. Memerlukan waktu antara satu dan 14 hari untuk mendeteksi virus. Tes ini berguna, tetapi kadang-kadang sulit untuk mendeteksi virus dalam sampel.
Kadar logam yang immunofluorescence diagnostik adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi antibodies ke HHV-2. Antibodies ini adalah protein yang membantu tubuh memerangi HHV-2. Jika antibodies khusus yang hadir, positif diagnosa dapat ditegakan. Tes ini lebih murah, lebih akurat, dan lebih cepat dari test virus biasa. Namun, diperlukan waktu hingga 30 hari untuk antibodies dapat dideteksi. Karena itu, jika herpes sangat dicurigai dan hasil yang negatif segera mungkin, dianjurkan uji ulang.
Polymerase chain reaction (PCR) pengujian juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah virus itu sendiri ada dalam darah pasien. Contoh darah pasien diambil dan dikirim ke laboratorium. Jika virus terdapat dalam (DNA) positif diagnosa dapat ditegakan. Virus bahkan dapat terdeteksi pada tahap laten dari infeksi.
Perawatan: Meskipun tidak ada obat untuk genital herpes, obat-obatan yang tersedia untuk meminimalkan / mengurangi kemungkinan mengurangi penularan dan keluhan.
Terdapat tiga obat antivirus untuk perawatan genital herpes : acyclovir (Zovirax ®), valacyclovir (Valtrex ®), dan famciclovir (Famvir ®). Obat antivirus umumnya diresepkan untuk pasien yang mengalami episode pertama dari herpes genital, tetapi mereka dapat digunakan untuk episode berulang juga.
Bersifat terapi digunakan dalam individu dengan berulang genital herpes yang ingin mencegah terserang kembali.
Pasien yang mempunyai enam atau lebih serangan per tahun dapat menggunakan obat antivirus secara berkala, sebelum gejala muncul. Penelitian telah melaporkan bahwa terapi bersifat dapat mengurangi jumlah serangan sekurang-kurangnya 75% dari pengguna. Sepenuhnya bersifat terapi mencegah serangan di beberapa pasien.
Efek samping dari obat antivirus termasuk perut terasa tidak enak, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, dan / atau kelemahan

Pengguaan klinik Anti mikroba, anti kanker, anti virus

A.   Anti mikroba
Penggunaan klinik

Antimicrobial resistance (AMR), yaitu kemampuan mikro-organisme untuk mencari cara untuk menghindari aksi obat yang dipakai untuk mengobati infeksi. Ini menjadi isu kesehatan masyarakat global yang dapat menghambat pengendalian penyakit menular yang semakin banyak.
Beberapa bakteri telah mengembangkan mekanisme yang membuat mereka resisten terhadap banyak antibiotik biasanya digunakan untuk pengobatan (multi-obat bakteri resisten), sehingga menimbulkan kesulitan tertentu, karena mungkin ada sedikit atau tidak ada pilihan alternatif untuk terapi.
Karena merupakan masalah kesehatan publik yang terus berkembang dan global. WHO mengingatkan bahwa negara harus siap untuk melaksanakan langkah-langkah pengendalian infeksi rumah sakit untuk membatasi penyebaran obat multi-strain resisten dan untuk memperkuat kebijakan nasional tentang penggunaan yang bijaksana antibiotik, mengurangi generasi bakteri resisten antibiotik.
Sebagai dokter klinis yang sering menuliskan antibiotika, banyak sekali kejanggalan yang kita temukan di lapangan dengan isu global resistensi antimikroba dari WHO ini. Sebelum saya sampaikan poin-pointnya, seringkali pertanyaan dibenak saya, apakah sama standar uji resistensi yang dibuat WHO dengan standar uji resistensi di semua Rumah Sakit ? Jawabannya tentu saja Tidak. Badan Kesehatan Dunia tersebut tentu saja menemukan resistensi antimikroba melalui uji PCR seperti ditemukan gen baru yang memungkinkan beberapa jenis bakteri yang akan sangat resisten terhadap hampir semua antibiotik dan punya data MIC berbagai mikroba terhadap antibiotika. Berdasarkan cara menemukan resistensi antimikroba in vitro inilah disimpulkan bahwa sudah terjadi resistensi antimikroba in vivo atau secara klinis. Belum lagi ketidakseragaman pengujian resistensi antimikroba di setiap laboratorium hampir berbeda. Dan sangat jarang ada laboratorium atau Rumah Sakit yang melakukan pengujian resistensi antimikroba dengan mencantumkan nilai MIC nya.
Timbulah segudang pertanyaan dalam benak, Apakah bisa disimpulkan bahwa telah terjadinya resistensi antimikroba yang dilakukan secara invitro sangat representatif dengan kondisi klinis infeksi pada setiap pasien yang mengalami resistensi antimikroba secara in vivo ? Apakah ada datanya yang membuktikan bahwa pasien dengan klinis infeksi berat disebabkan karena adanya resistensi antimikroba invivo maupun invitro tidak berbeda ?
Tampaknya kita telah mengabaikan faktor manusianya kalau hanya melihat sisi antibiotika dan sisi mikrobanya saja. Kalau para ahli menyatakan bahwa telah ditemukan mikroba yang resistensi dengan semua antibiotika, lalu pertanyaan yang sangat menggelitik saya adalah Apakah ada manusia yang telah mengalami resistensi dengan semua antibiotika ? Sampai disini WHO tidak ada mengeluarkan pernyataan bahwa manusia sebagai host telah mengalami resistensi dengan semua antibiotika. Yang dikeluarkan secara global cuma isu tentang ditemukan gen baru dari mikroba yang telah mengalami resistensi dengan semua antibiotika. Tidak disebutkan faktor manusianya !
Pertama yang akan saya tekankan bahwa timbulnya resistensi antimikroba tidak 100% karena kesalahan dokter dalam menuliskan resep antibiotika pada pasien (inpatient maupun outpatient). Seorang dokter memberikan antibiotika sangat tergantung dengan klinis dari seorang pasien yang satu sangat berbeda dengan pasien yang lain. Adapun pasien yang memerlukan antibiotika adalah pasien dengan kondisi ko-morbid yang apabila tidak diberikan antibiotika maka pasien akan cepat jatuh ke dalam kondisi SIRS dan sepsis atau bila tidak timbul komplikasi penyakit infeksi ke organ yang lain. Pasien dengan ko-morbid yang memerlukan antibiotika adalah penderita DM, kanker, PPOK, Tb paru, Geriatri, penderita kelainan darah (Talasemia, leukemia), penderita HIV/AIDS, kelainan nutrisi, penyakit autoimun seperti SLE, kelainan jantung, penderita yg tinggal di daerah endemis penyakit infeksi (malaria,diare). Semua ko-morbid ini ada pada manusianya yang kita kenal dengan kondisi imunokompromais. Adapun pemilihan antibiotika yang di tulis oleh dokter untuk outpatient maupun inpatient, apakah semua antibiotika tersebut sudah dilakukan uji MIC sebagai standar baku penilaian sensitifitas dan resistensi suatu antibiotika ? Karena sampai saat ini para ahli hanya melakukan uji resistensi antimikroba dengan disc berisi antimikroba dalam dosis tertentu yang sangat tidak representatif terhadap penggunaan dosis antimikroba secara klinis (outpatient maupun inpatient).
Kedua bahwa ada perbedaan simpulan pengertian resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi invitro dengan menggunakan dosis antibiotika tertentu seperti disc berisi cefotaxim 1 gram sudah dikatakan resistensi padahal secara in vivo dosis cefotaxim lebih dari 1 gram dan belum tentu sudah resistensi secara klinis. Perbedaan resistensi antimikroba cefotaxim 1 gram secara in vitro tidak bisa dikatakan sama bahwa sudah pasti juga terjadi resistensi antimikroba cefotaxim secara in vivo atau klinis. Kalau mau objektif, seorang mikrobiologist harus menggunakan parameter MIC terhadap dosis beberapa gram dari berbagai antimikroba untuk dapat dikatakan sudah terjadi resistensi antimikroba secara global, padahal uji resistensi antimikroba secara in vitro selama ini sangat tidak representatif bila dibandingkan dengan uji MIC terhadap sensitifitas antimikroba. Dalam praktek klinis terutama pada inpatient (Rumah Sakit), para dokter sering menggunakan cefotaxim dengan dosis penggunaan cefotaxim 3 gram perhari untuk mencapai kadar AUC terhadap kondisi pasien dengan klinis infeksi serta ko-morbid tertentu. Sedangkan uji invitro resistensi terhadap cefotaxim di laboratorium hanya 1 gram. Bukankah ini tidak tepat dikatakan sudah resistensi terhadap cefotaxim ? Ini baru contoh satu antimikroba saja. Bagaimana dengan semua antibiotika ?
Ketiga, kebanyakan yang dinilai itu adalah antibiotika yang dikatakan telah mengalami resistensi terhadap berbagai mikroba. Padahal peta kuman yang dinilai sangat berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Indonesia tidak sama rentang peta kumannya terhadap Perancis atau Amerika yang mikrobanya banyak mengalami resistensi yang katanya konon sudah terjadi resistensi antimikroba, itu pun masih diragukan uji trial and errornya (Cuma secara in vitro). Di Indonesia pun juga berbeda antara provinsi yang satu dengan yang lain, seperti Peta kuman di jakarta dengan Bandung tentu tidak sama. Dan lebih ekstrim lagi antara Rumah Sakit di Jakarta pun berbeda antara peta kumannya, sehingga pertanyaannya adalah Apakah sama peta kuman di RS Medistra dengan Peta kuman di RS Puri walau sama-sama di Jakarta ?
Keempat, kita harus cerdas menyikapi isu global resistensi antimikroba di dunia, lebih baik mari kita sama-sama menelaah kembali uji resitensi antimikroba dengan menggunakan parameter MIC berbagai dosis terhadap berbagai antimikroba dengan peta kuman di tempat kita masing-masing, agar hasil yang didapatkan sangat valid, akurat dan tepat sebagai parameter yang standar dalam menilai uji resistensi antimikroba.

  B. Anti kanker
 Penggunaan klinik
Jus XAMthone Plus adalah Jus herbal alami yang terbuat dari keseluruhan Buah Manggis utuh termasuk kulitnya (Garnicia Mangostana). Manggis merupakan tanaman buah tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya paling panjang. Membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah dan tingginya mencapai 10-30 meter. Jus XAMthone Plus digunakan untuk obat kanker, obat jantung, obat diabetes, obat stroke, obat insomnia dan 75 masalah kesehatan lainnya. XAMthone Plus mengandung Xanthone yang banyak terdapat pada bagian Kulit Manggis dan terbukti secara ilmiah sangat kaya akan antioksidan, sehingga disebutlah sebagai ANTIOKSIDAN SUPER. Dengan mengkonsumsi Jus XAMthone Plus setiap hari secara rutin maka kesehatan anda akan semakin terjaga dan lebih awet muda.

C. Anti virus
Penggunaan klinik
Waspada terhadap timbulnya resistensi antimikroba, karena yang dinilai hanya sisi obat antibiotika dan mikrobanya saja. Lain kali mungkin lebih tepat dengan pernyataan telah ditemukan banyak manusia sebagai host yang mengalami resistensi terhadap antimikroba. Karena isu global resistensi antimikroba itu pada dasarnya ada pada mikrobanya dan bukan pada faktor manusia sebagai host. Pada poin terakhir inilah tidak bisa kita menyalahkan dokter yang memberikan antibiotika, karena sepenuhnya pemberian antibiotika itu sangat tergantung dengan klinis dari hostnya yaitu Manusia dan bukan Mikrobanya.