Anti mikroba, Anti kanker, Anti
virus
A. Anti mikroba
Devinisi
zat
yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme
dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan.
Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan
B. Anti kanker
Devinisi
Kanker
adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Selain
itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word
Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of
Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.
C. Anti virus
Devinisi
Virion mengandung enzim
• Beberapa yang disalut lemak protein
• Disalut protein ( = capsid)
• Setiap virion hanya mengandung dna atau rna saja
· secara
mandiri secara mandiri
jacob ( 100 x lebih kecil)
• (VISHAM = racun )
Klasifikasi Anti mikroba, anti
kanker, anti virus
A. Anti mikroba
Klasifikasi
Klasifikasi
dan identifikasi adalah dua hal yang berbeda tetapi saling berhubungan dalam
taksonomi. Klasifikasi dapat diidentifikasikan sebagai penyusunan organisme
kedalam grup taksonomi(taksa) dengan berdasarkan persamaan atau hubungan.
Klasifikasi organisme prokariota seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang
didapat dari pengalaman dan juga teknik observasi, sifat biokimia, fisiologi,
genetik dan morfologi yang sering penting untuk menggambarkan sebuah takson.
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat
dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat
melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme
sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan
suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian.
Klasifikasi
dan identifikasi mikroorganisme haruslah diketahui terlebih dahulu
karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Oleh karena ukurannya yang sangat
kecil, tidaklah mungkin bagi kita untuk mempelajari 1 mikroorganisme saja,
sehingga yang dipelajari adalah karakkteristik suatu biakan yang merupakan
populasi dari suatu mikroorganisme.
B. Anti kanker
Klasifikasi
tulang, amifostine, imunomodulator, antiangiogenesis
mitotane, derivat retinoic acid, faktor pertumbuhan
• Lain-lain: asparaginase, hydroxyurea, mitoxantrone,
• Agen hormonal
• Antibiotik
• Alkaloid tanaman
• Antimetabolit
• Alkilasi polifungsional
• Kombinasi obat sering
digunakan
resistensi antibakteri
• Resistensi obat
antikanker analog dengan
• Banyak obat
antikanker memiliki “alias
C. Anti virus
Klasifikasi
Virus
a.
Virus Bakterial
Bakterifage
(fage) adalah virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat bereproduksi di
dalam sel bakteri. Kemudahan relatif dalam penangannya dan kesederhanaan
infeksi fage bakteri membuatnya menjadi suatu sistem model bagi penelaahan
patogenesitas virus maupun banyak masalah dasar di dalam biologi, termasuk
biologi seluler dan molekular serta imunologi
Fage
pada hakekatnya terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam
selubung protein pelindung. Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup
urutan umum sebagai berikut : adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat,
replikasi asam nukleat virus, perakitan partikel-partikel fage baru, dan
pembebasan partikel-partikel fage ini di dalam suatu ledakan bersamaan dengan
terjadinya lisis sel inang, fage-fage virulen telah digunakan untuk mendeteksi
dan mengidentifikasi bakteri patogenik.
b.
Virus Hewan dan Tumbuhan
Virus
hewan dan virus tumbuhan adalah parasit intraseluler obligat yang sangat kecil.
Setiap virus mempunyai sebuah inti pusat asam nukleat dikelilingi oleh kapsid.
Secara morfologis, virus hewan dan virus tumbuhan dapat ikosashedral, halikal
bersampul atau kompleks.
Proses
replikasi virus dimulai dengan melekatnya virion pada sel inang. Peristiwa ini
disusul dengan penetrasi dan pelepasan selubung, biosintesis komponen-omponen
virus dan perakitan serta pematangan virion. Proses ini diakhiri dengan
pembebasan virus dari sel inang.
Sistem
yang secara paling luas digunakan untuk klasifikasi virus terlihat pada sistem
ini, yang diperkenalkan oleh A. Loff dan kawan-kawan dalam tahun 1962, virus
dikelompokkan menurut sifat virionnya yaitu semacam asam nukleat, bentuk
susunan kapsid, ada tidaknya selubung dan ukuran kapsid. Pembagian lebih lanjut
didasarkan atas sifat-sifat lain virion itu, seperti sejumlah untaian asam
nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti sejumlah untaian asam
nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti kedudukan tempat
sintesis virus di dalam sel dan hubungan timbal balik antara inang dan virus,
seperti digambarkan oleh kisaran inang. Sistem ini dimaksudkan untuk
menggambarkan klasifikasi alami atau filogenik, berarti sistem ini bukannya
mencoba menggambarkan hubungan evolisoner atara virus-virus. Hubungan yang sama
sekali tidak jelas melainkan sistem ini menggolongkan virus berdasarkan susunan
biasa sifat-sifat kimiawi dan strukturnya yang merupakan sifat tetap yang dapat
ditentukan dengan cermat.
Sintesis
Anti mikroba, anti kanker, anti virus
A. Anti mikroba
Sintesis
a.
Dosis
Vankomisin HCLBentuk sediaan : Bubuk 500 mg (iv)Dosis dewasa 2-4 g/hari
dalam 2 dosisDosis Anak
20-40
mg/kgBB/hariBentuk sediaan : Bubuk 10 g (po)
b.
efek samping
Pemberian
infus : demam,menggigil dan atauflebitis , Syok dapat terjadi karenapemberian
infus yang cepat. Muka kemerahan
(“red man syndrome) dan syok terjadi --lepasnya histamin yang disebabkaninfus cepat.
B. Anti kanker
Sintesis
kritis
menilai pentingnya farmakologi kanker dalam konteks memprediksi hasil dalam
proses penemuan obat anti kanker. Obat formulasi dan adminsitration prosedur,
farmakokinetik dan farmakodinamik analisis, desain dan studi pra-klinis,
percobaan desain klinis dan persyaratan peraturan untuk proses persetujuan dari
badan pengawas.
C. Anti virus
. Sintesis
Analisis
sintesis
Duarte
et al, 2001 menyatakan bahwa sargassum stenophyllum mengandung 2
jenis fucoidan yang berbeda strukturnya:
1. fucoidan dengan persentasi GlcA yang lebih tinggi dan sulfat yang lebih rendah
2. fucoidan dengan GlcA dan sulfat dalam jumlah besar yang terkonsentrasi pada residu fucoidan dengan fucosa dan galaktosa sebagai komponen mayor
sargassum jenis lain juga mengandung Fucoidan :
Þ
Fucoidan
terbukti mampu menghambat pertumbuhan sel kanker karena mampu mentriger proses
apoptosis
Þ
Apoptosis
merupakan mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel
terprogram.
Þ
Apoptosis
digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan
oleh tubuh
Þ
Suatu
saat sel kehilangan kemampuan apoptosis (misalnya karena mutasi), atau bila
inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat (oleh virus), sel yang rusak dapat
terus membelah tanpa terbatas, yang akhirnya menjadi kanker
Sel
yang terserang HPV (Human Papilloma Virus):
a. sistem genetik sel di bajak
b.
Protein p53 sel (berperan pada apoptosis)
c.
didegradasi oleh gen E6
d.
apoptosis tidak terjadi
e.
sel terus membelah
f.
terjadi kanker
Fucoidan mampu memicu proses apoptosis pada sel yang terinfeksi HPV :
- karena genetik blueprint sel (DNA) yang diberikan tak berguna, melalui aktivasi deoxyribonuclease yang ditemukan dalam sel itu sendiri
-
sehingga sel yang terinfeksi akan mengalami perubahan
-
Sel terlihat
membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang menyusun cytoskeleton
mengalami pemotongan oleh peptidase yang dikenal sebagai caspase. Caspase
diaktivasi oleh mekanisme sel itu sendiri.
-Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.
- Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan
membentuk potongan-potongan padat pada membran inti.
- Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada
didalamnya terpotong-potong.
-
Lapisan dalam
dari membran selakan mencuat keluar dan dikenali oleh fagosit, dan kemudian sel
mengalami fagositosis, atau
- Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan
apoptosis, yang kemudian difagositosis, dan akhirnya sel yang terinfeksi oleh
virus menjadi terhambat perkembangannya dan semakin lama virus HPV dalam
tubuh penderita kanker leher rahim akan lenyap sehingga penderita kanker leher
rahim dapat sembuh.
Untuk
mendapatkan fucoidan :
1. dilakukan proses ekstraksi
2. diperoleh alginat yang
mengandung fucoidan
Nantinya
banyak manfaat yang akan diperoleh dengan memanfaatkan Sargassum sp sebagai
alternatif pengobatan kanker leher rahim:
1.
Dapat
menurunkan angka kematian wanita di Indonesia akibat kanker leher rahim
sehingga mampu merealisasikan visi Indonesia, yakni Menuju Indonesia Sehat.
2. Sebagai suatu upaya
penanggulangan kemiskinan karena merangsang terbentuk usaha pembuatan sediaan
alginat dan usaha pembudidayaan Sargassum sp yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja, sehingga angka pengangguran menurun dan akhirnya kesejahteraan rakyat
Indonesia meningkat.
Efek farmakologis Anti mikroba, anti
kanker, anti virus
A. Anti mikroba
Efek
farmakologis
Memastikan
adanya infeksi demam
- Demam
adalah kenaikan terkontrol suhu tubuh di atas rentang normal 36-37,80C.
demam adalah manifestasi dari banyak kondisi penyakit selain infeksi.
- Banyak
obat yang telah diketahui menyebabkan demam. Demam yang diinduksi obat
didefinisikan sebagai demam yang bertahan pada absennya infeksi atau
kondisi lainnya yang mendasari. Demam muncul sementara dengan pemberian
agen penginduksi dan hilang setelah penghentian, setelah itu tetap normal.
- Pola
demam (seperti, demam tinggi dengan cepat atau demam rendah) dipercaya
membantu dalam menentukan etiologi dari peningkatan suhu tubuh. Secara
keseluruhan, penentuan pola demam hanya berkontribusi sedikit pada
penilaian umum kondisi pasien.
- -->
C. Anti virus
Efek
Farmakologis
Genital herpes hanya dapat
ditularkan langsung melalui kontak seksual, termasuk ke-genital-genital,
mulut-ke-genital, atau kontak dengan partner yang terinfeksi. Sesekali, kontak
oral-genital herpes mulut dapat menyebar ke alat kelamin (dan sebaliknya).
Individu dengan herpes aktif atau luka di sekitar mulut mereka atau di alat
kelamin mereka hanya terlibat dalam seks, melalui vagina atau anus.
Wanita hamil terkeserang herpes bayi
mempunyai risiko tinggi tertular. Virus dapat ditularkan kepada janin melalui
placenta selama kehamilan atau selama persalinan vaginal. Pada infeksi selama
kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, ketuban penurunan pertumbuhan.
Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina dengan seorang ibu yang
terinfeksi virus herpes. Bayi yang dilahirkan perempuan mengalami serangan pada
saat lahir, satu sampai empat persen menjadi terinfeksi dengan herpes-simplex
virus.
Setelah infeksi, virus herpes
membentuk suatu masa yang disebut latency, saat virus yang ada dalam tubuh dari
sel saraf dapat muncul (misalnya alat kelamin, mulut, dan bibir) virus menjadi
aktif lagi. Meskipun aktif, virus mulai kali (disebut peluruhan) dan menjadi
transmittable lagi. Peluruhan ini mungkin tidak disertai oleh gejala. Selama
reaktivasi, virus berpindah dari dalam sel saraf dan diangkut melalui saraf ke
kulit. Kemampuan virus herpes menjadi laten dan reaktif menjelaskan jangka panjang,
sifat herpes infeksi yang berulang.
Infeksi ulang mungkin dipicu oleh haid, penyakit yang menyebabkan fevers, stres, sistem kekebalan imbalances, dan penyebab lainnya yang tidak diketahui. Namun, tidak semua pasien mengalami kejadian kedua.
Infeksi ulang mungkin dipicu oleh haid, penyakit yang menyebabkan fevers, stres, sistem kekebalan imbalances, dan penyebab lainnya yang tidak diketahui. Namun, tidak semua pasien mengalami kejadian kedua.
Gejala: Genital herpes biasanya
menyebabkan sakit, benjolan pada kulit, mucous membranes (misalnya mulut atau
bibir), atau alat kelamin. Lokasi ini tergantung pada tempat kontak dilakukan
pada saat transmisi. Menyembuhkan luka-crust dengan pembentukan berkeropeng,
yang menunjukan dari herpes. Banyak orang dengan penyakit berulang sakit di
daerah infeksi bahkan sebelum blisters atau ulcers dapat dilihat. Sakit ini
disebabkan oleh iritasi dan peradangan pada saraf yang mengarah ke daerah kulit
yang terkena. Ini adalah tanda bahwa penyakit untuk memulai. Seseorang pada
saat ini sangat menular, meskipun kulit masih tampak normal.
Diagnosis: Spesimen diambil dari melepuh, cairan di papil, atau kadang-kadang cairan tulang belakang. Sampel yang akan dikirim ke laboratorium dianalisis. Memerlukan waktu antara satu dan 14 hari untuk mendeteksi virus. Tes ini berguna, tetapi kadang-kadang sulit untuk mendeteksi virus dalam sampel.
Diagnosis: Spesimen diambil dari melepuh, cairan di papil, atau kadang-kadang cairan tulang belakang. Sampel yang akan dikirim ke laboratorium dianalisis. Memerlukan waktu antara satu dan 14 hari untuk mendeteksi virus. Tes ini berguna, tetapi kadang-kadang sulit untuk mendeteksi virus dalam sampel.
Kadar logam yang immunofluorescence
diagnostik adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi antibodies ke HHV-2.
Antibodies ini adalah protein yang membantu tubuh memerangi HHV-2. Jika
antibodies khusus yang hadir, positif diagnosa dapat ditegakan. Tes ini lebih
murah, lebih akurat, dan lebih cepat dari test virus biasa. Namun, diperlukan
waktu hingga 30 hari untuk antibodies dapat dideteksi. Karena itu, jika herpes
sangat dicurigai dan hasil yang negatif segera mungkin, dianjurkan uji ulang.
Polymerase chain reaction (PCR)
pengujian juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah virus itu sendiri ada
dalam darah pasien. Contoh darah pasien diambil dan dikirim ke laboratorium.
Jika virus terdapat dalam (DNA) positif diagnosa dapat ditegakan. Virus bahkan
dapat terdeteksi pada tahap laten dari infeksi.
Perawatan: Meskipun tidak ada obat
untuk genital herpes, obat-obatan yang tersedia untuk meminimalkan / mengurangi
kemungkinan mengurangi penularan dan keluhan.
Terdapat tiga obat antivirus untuk perawatan genital herpes : acyclovir (Zovirax ®), valacyclovir (Valtrex ®), dan famciclovir (Famvir ®). Obat antivirus umumnya diresepkan untuk pasien yang mengalami episode pertama dari herpes genital, tetapi mereka dapat digunakan untuk episode berulang juga.
Terdapat tiga obat antivirus untuk perawatan genital herpes : acyclovir (Zovirax ®), valacyclovir (Valtrex ®), dan famciclovir (Famvir ®). Obat antivirus umumnya diresepkan untuk pasien yang mengalami episode pertama dari herpes genital, tetapi mereka dapat digunakan untuk episode berulang juga.
Bersifat terapi digunakan dalam
individu dengan berulang genital herpes yang ingin mencegah terserang kembali.
Pasien yang mempunyai enam atau
lebih serangan per tahun dapat menggunakan obat antivirus secara berkala,
sebelum gejala muncul. Penelitian telah melaporkan bahwa terapi bersifat dapat
mengurangi jumlah serangan sekurang-kurangnya 75% dari pengguna. Sepenuhnya
bersifat terapi mencegah serangan di beberapa pasien.
Efek samping dari obat antivirus
termasuk perut terasa tidak enak, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare,
sakit kepala, pusing, dan / atau kelemahan
Pengguaan klinik Anti mikroba, anti kanker, anti virus
A.
Anti mikroba
Penggunaan
klinik
Antimicrobial
resistance (AMR), yaitu kemampuan mikro-organisme untuk mencari cara untuk
menghindari aksi obat yang dipakai untuk mengobati infeksi. Ini menjadi isu
kesehatan masyarakat global yang dapat menghambat pengendalian penyakit menular
yang semakin banyak.
Beberapa
bakteri telah mengembangkan mekanisme yang membuat mereka resisten terhadap
banyak antibiotik biasanya digunakan untuk pengobatan (multi-obat bakteri
resisten), sehingga menimbulkan kesulitan tertentu, karena mungkin ada sedikit
atau tidak ada pilihan alternatif untuk terapi.
Karena
merupakan masalah kesehatan publik yang terus berkembang dan global. WHO
mengingatkan bahwa negara harus siap untuk melaksanakan langkah-langkah pengendalian
infeksi rumah sakit untuk membatasi penyebaran obat multi-strain resisten dan
untuk memperkuat kebijakan nasional tentang penggunaan yang bijaksana
antibiotik, mengurangi generasi bakteri resisten antibiotik.
Sebagai
dokter klinis yang sering menuliskan antibiotika, banyak sekali kejanggalan
yang kita temukan di lapangan dengan isu global resistensi antimikroba dari WHO
ini. Sebelum saya sampaikan poin-pointnya, seringkali pertanyaan dibenak saya,
apakah
sama standar uji resistensi yang dibuat WHO dengan standar uji resistensi di
semua Rumah Sakit ? Jawabannya
tentu saja Tidak. Badan Kesehatan Dunia
tersebut tentu saja menemukan resistensi antimikroba melalui uji PCR seperti
ditemukan gen baru yang memungkinkan beberapa jenis bakteri yang akan sangat
resisten terhadap hampir semua antibiotik dan punya data MIC berbagai mikroba
terhadap antibiotika. Berdasarkan cara menemukan
resistensi antimikroba in vitro inilah disimpulkan bahwa sudah terjadi
resistensi antimikroba in vivo atau secara klinis. Belum lagi ketidakseragaman
pengujian resistensi antimikroba di setiap laboratorium hampir berbeda. Dan sangat jarang ada
laboratorium atau Rumah Sakit yang melakukan pengujian resistensi antimikroba
dengan mencantumkan nilai MIC nya.
Timbulah
segudang pertanyaan dalam benak, Apakah bisa disimpulkan bahwa telah terjadinya
resistensi antimikroba yang dilakukan secara invitro sangat representatif
dengan kondisi klinis infeksi pada setiap pasien yang mengalami resistensi
antimikroba secara in vivo ? Apakah ada datanya yang
membuktikan bahwa pasien dengan klinis infeksi berat disebabkan karena adanya
resistensi antimikroba invivo maupun invitro tidak berbeda ?
Tampaknya kita telah mengabaikan faktor manusianya
kalau hanya melihat sisi antibiotika dan sisi mikrobanya saja.
Kalau para ahli menyatakan bahwa telah ditemukan mikroba yang resistensi dengan
semua antibiotika, lalu pertanyaan yang sangat menggelitik saya adalah Apakah ada manusia yang
telah mengalami resistensi dengan semua antibiotika ? Sampai
disini WHO tidak ada mengeluarkan pernyataan bahwa manusia sebagai host telah
mengalami resistensi dengan semua antibiotika. Yang dikeluarkan secara
global cuma isu tentang ditemukan gen baru dari mikroba yang telah mengalami
resistensi dengan semua antibiotika. Tidak disebutkan faktor manusianya !
Pertama
yang akan saya tekankan bahwa timbulnya resistensi antimikroba tidak 100%
karena kesalahan dokter dalam menuliskan resep antibiotika pada pasien
(inpatient maupun outpatient). Seorang dokter memberikan antibiotika sangat
tergantung dengan klinis dari seorang pasien yang satu sangat berbeda dengan
pasien yang lain. Adapun pasien yang memerlukan antibiotika adalah pasien
dengan kondisi ko-morbid yang apabila tidak diberikan antibiotika maka pasien
akan cepat jatuh ke dalam kondisi SIRS dan sepsis atau bila tidak timbul
komplikasi penyakit infeksi ke organ yang lain. Pasien dengan ko-morbid yang
memerlukan antibiotika adalah penderita DM, kanker, PPOK, Tb paru, Geriatri,
penderita kelainan darah (Talasemia, leukemia), penderita HIV/AIDS, kelainan
nutrisi, penyakit autoimun seperti SLE, kelainan jantung, penderita yg tinggal
di daerah endemis penyakit infeksi (malaria,diare). Semua ko-morbid ini ada
pada manusianya yang kita kenal dengan kondisi imunokompromais.
Adapun pemilihan antibiotika yang di tulis oleh dokter untuk outpatient maupun
inpatient, apakah semua antibiotika tersebut sudah dilakukan uji MIC sebagai
standar baku penilaian sensitifitas dan resistensi suatu antibiotika ? Karena
sampai saat ini para ahli hanya melakukan uji resistensi antimikroba dengan
disc berisi antimikroba dalam dosis tertentu yang sangat tidak representatif
terhadap penggunaan dosis antimikroba secara klinis (outpatient maupun
inpatient).
Kedua
bahwa ada perbedaan simpulan pengertian resistensi antimikroba yang dimaksud
adalah resistensi invitro dengan menggunakan dosis antibiotika tertentu seperti
disc berisi cefotaxim 1 gram sudah dikatakan resistensi padahal secara in vivo
dosis cefotaxim lebih dari 1 gram dan belum tentu sudah resistensi secara
klinis. Perbedaan resistensi antimikroba cefotaxim 1 gram secara in vitro tidak
bisa dikatakan sama bahwa sudah pasti juga terjadi resistensi antimikroba
cefotaxim secara in vivo atau klinis. Kalau mau objektif, seorang
mikrobiologist harus menggunakan parameter MIC terhadap dosis beberapa gram
dari berbagai antimikroba untuk dapat dikatakan sudah terjadi resistensi
antimikroba secara global, padahal uji resistensi antimikroba secara in vitro
selama ini sangat tidak representatif bila dibandingkan dengan uji MIC terhadap
sensitifitas antimikroba. Dalam praktek klinis terutama pada inpatient (Rumah Sakit), para dokter
sering menggunakan cefotaxim dengan dosis penggunaan cefotaxim 3 gram perhari
untuk mencapai kadar AUC terhadap kondisi pasien dengan klinis infeksi serta
ko-morbid tertentu. Sedangkan uji invitro resistensi terhadap cefotaxim di
laboratorium hanya 1 gram. Bukankah ini tidak tepat dikatakan sudah resistensi
terhadap cefotaxim ? Ini baru contoh satu antimikroba saja. Bagaimana dengan semua
antibiotika ?
Ketiga,
kebanyakan yang dinilai itu adalah antibiotika yang dikatakan telah mengalami
resistensi terhadap berbagai mikroba. Padahal peta kuman yang dinilai sangat
berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Indonesia tidak sama
rentang peta kumannya terhadap Perancis atau Amerika yang mikrobanya banyak
mengalami resistensi yang katanya konon sudah terjadi resistensi antimikroba,
itu pun masih diragukan uji trial and errornya (Cuma secara in vitro). Di
Indonesia pun juga berbeda antara provinsi yang satu dengan yang lain, seperti
Peta kuman di jakarta dengan Bandung tentu tidak sama. Dan lebih ekstrim lagi
antara Rumah Sakit di Jakarta pun berbeda antara peta kumannya, sehingga
pertanyaannya adalah Apakah sama peta kuman di RS Medistra dengan Peta kuman di RS Puri walau
sama-sama di Jakarta ?
Keempat,
kita harus
cerdas menyikapi isu global resistensi antimikroba di dunia, lebih baik mari kita sama-sama
menelaah kembali uji resitensi antimikroba dengan menggunakan parameter MIC berbagai
dosis terhadap berbagai antimikroba dengan peta kuman di tempat kita
masing-masing, agar hasil yang didapatkan sangat valid, akurat dan tepat
sebagai parameter yang standar dalam menilai uji resistensi antimikroba.
B. Anti kanker
Penggunaan
klinik
Jus XAMthone Plus
adalah Jus herbal alami yang terbuat dari keseluruhan Buah Manggis utuh termasuk
kulitnya (Garnicia Mangostana). Manggis merupakan
tanaman buah tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya paling
panjang. Membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah dan tingginya mencapai
10-30 meter. Jus
XAMthone Plus digunakan untuk obat kanker, obat jantung, obat diabetes, obat
stroke, obat insomnia dan
75 masalah kesehatan lainnya. XAMthone Plus mengandung
Xanthone yang banyak
terdapat pada bagian Kulit Manggis dan terbukti secara ilmiah sangat kaya akan
antioksidan, sehingga disebutlah sebagai ANTIOKSIDAN SUPER. Dengan
mengkonsumsi Jus
XAMthone Plus setiap hari secara rutin maka kesehatan
anda akan semakin terjaga dan lebih awet muda.
C.
Anti virus
Penggunaan
klinik
Waspada
terhadap timbulnya resistensi antimikroba, karena yang dinilai hanya sisi obat
antibiotika dan mikrobanya saja. Lain kali mungkin lebih tepat dengan
pernyataan telah ditemukan banyak manusia sebagai host yang mengalami
resistensi terhadap antimikroba. Karena isu global
resistensi antimikroba itu pada dasarnya ada pada mikrobanya dan bukan pada
faktor manusia sebagai host. Pada poin terakhir inilah tidak bisa kita
menyalahkan dokter yang memberikan antibiotika, karena sepenuhnya pemberian
antibiotika itu sangat tergantung dengan klinis dari hostnya yaitu Manusia dan
bukan Mikrobanya.